16.1.11

Machinarium


Yep, game keluaran tahun 2009 ini mungkin udah banyak yang pernah mainin. Gue secara ngga sengaja menemukan game ini di laptop gue, awalnya iseng - iseng mencoba main Machinarium lagi yang akhirnya malah keterusan. Game ini lumayan membuat kita "mikir" dengan puzzle dan minigamesnya. Machinarium dikembangkan oleh Amanita Design dan menurut gue berhasil membuat game 2D ini menjadi unik, khususnya dari segi artwork dan gameplay. Sangat impresif buat gue, bagaimana mereka menggabungkan genre point-and-click dengan puzzle/adventure ditambah background game yang sangat berseni, simple yet outstanding. Tema musik Machinarium yang "dingin" juga sesuai dengan tema game, berhasil membuat aura yang serius walaupun dengan penggambaran karakter yang sangat kartun. Sekedar tambahan, game ini tidak memiliki teks dialog sebagai penggantinya karakter yang berada di game ini mendeskripsikan omongannya dengan gambar yang simpel dan mudah dimengerti.

Dalam dunia Machinarium kita berperan sebagai robot lemah yang sering di bully oleh Black Cap Brotherhood dan satu - satunya keahlian yang dia miliki hanya meninggikan atau merendahkan badannya. Nah, tugas kita disini membantu si robot ini dalam petualangan untuk menyelamatkan kota dan pacarnya, tema cerita yang klasik. Di awal game robot ini berada di tempat pembuangan dengan tubuh yang berantakan lalu kita berusaha memasuki kota dan menuju puncak menara tertinggi yang berada di kota robot tersebut. Untuk dapat melanjutkan perjalanan kita harus menyelesaikan puzzle yang ada di setiap level. Pada setiap level kita diberikan hint yang hanya berguna untuk level tersebut dan tidak ada hubungannya dengan level lain. Ada juga walkthrough yang bisa terbuka dengan memainkan minigames, tetapi saran gue walkthrough ini hanya digunakan saat pikiran kita sudah stuck, biar seru.

Gameplay bagus, cerita bagus, gambar bagus lalu sisi jelek dari game ini apa ya ? Menurut gue satu - satunya nilai minus dari game ini terletak di sisi adiktifnya. Sangat menghabiskan waktu untuk membuat kita mikir, cocok untuk game di hari libur atau hari puasa. Lama menyelesaikan game ini relatif. Bagi orang - orang yang tidak ada kerjaan game ini bisa diselesaikan dalam waktu 2 hari. Bagi otaku bisa kurang dari sehari. Bagi yang cemen dan tidak menyukai tantangan bisa sekitar seminggu. Salah satu game ringan yang sangat gue rekomendasikan untuk dicoba. Oia, karena untuk mendownload game ini harus bayar mungkin bisa meminta file game ini di gue langsung atau bisa juga sekali - kali coba membajak game, hehe.

visual art :





For the picture, thanks to google and machinarium website.

trailer :

Machinarium by Amanita Design


2.1.11

Halo, Selamat Pagi

Sebelum punya blackberry gue sama seperti kalian. Gue ngga aktif di dunia jejaring sosial. Gue kurang "mendengar" atau "melihat" apa yang sedang terjadi di tengah pergaulan teman - teman gue. Bisa juga dikatakan gue budek dan rabun akan gosip yang ada di lingkungan kecil gue. Gue bukan memilih untuk melakukan hal itu, itu reaksi yang sewajarnya dibatasi tingkat frekuensi kegiatan gue di dunia jejaring sosial. Tetapi sejak gue mendapat "jatah" dari orang tua gue (jika tidak dikatakan paksaan) untuk menggantikan HP gue dengan blackberry, karena HP yang terdahulu sudah ketinggalan jaman baik dari fungsi dan fesyen maka dengan senang hati pun gue menerima niat baik orang tua gue. Semua berjalan senang, matahari cerah, angin sejuk, perut kenyang dan tulisan mulai ngalor ngidul. Oke, cukup intermezzonya mari kembali ke topik awal, yang belum gue ketahui adalah status blackberry itu sering digunakan sebagai dinding atau buku yang dengan bebasnya bisa kita corat - coret untuk mewakili perasaan kita kemudian dibantu dengan "media" recent updates dan seluruh dunia (kecil kita) pun mengetahui apa yang terjadi dengan diri kita, sebuah alat penyebar gosip yang efektif.


Labil, mereka yang "dewasa" menyebutnya. Sifat yang secara umum dirasa tidak seharusnya ditunjukkan oleh manusia dewasa. Salahkah ? Menurut gue, setiap orang apakah itu manusia seutuhnya atau manusia setengah dewa tentu akan mengalami masa labil ini. Tidak terkecuali. Lalu mengapa kita merasa begitu "putih" sehingga mengatakan yang labil ini "hitam" ?
Apakah salah jika seseorang dengan unsur kejiwaan yang manusiawi menuliskan emosinya di depan umum ? Ya, salah. Jika terjadi dengan tidak tersirat atau terang - terangan. Jika frekuensinya berlebihan. Jika mereka justru menarik perhatian dan membuat mereka merasa seperti "papan iklan". Tetapi tidak mutlak menjadi sebuah kekurangan. Manusia memerlukan sebuah penyaluran saat mereka sedang emosi. Itu hukum alam. Manusia yang manusiawi dan buka dewai itu ya begitu. Beruntunglah mereka yang masih bisa merasakan galau. Toh, seiring dengan berjalannya waktu golongan labil ini akan menjadi dewasa. Ya, bahwa labil itu merupakan larva dari semua yang dikatakan dewasa menurut gue itu benar.

Manusia itu egosentris, mereka tentu selalu mendahulukan kepentingan pribadi diatas segala - galanya. Jangan munafik. Sebetulnya kita tidak akan membicarakan jika kita tidak penasaran dan kita tidak penasaran jika kita tidak menengok dan kita tidak menengok jika mereka tidak memanggil. Bingung ? Contohnya begini, saat kita melihat recent updates di bbm atau update status di twitter dan facebook dari seseorang yang kita kenal kita akan bersikap acuh saat mereka hanya sekilas melakukan curhat disitu, disini mereka dalam tahap berbicara dengan diri sendiri--komunikasi intrapersonal istilah fikomnya--tetapi kemudian saat terjadi pengulangan dan dengan bentuk tulisan yang seperti beriklan tentu kita seperti terpanggil, kita mulai memperhatikan, kita menengok, ada apa dengan orang ini ? Begitu kan ? Lalu muncul rasa penasaran. Penasaran atau kepo ini mengakibatkan tindak lanjut, mereka yang terlanjur penasaran ini ingin rasa penasaran mereka terjawab, terpenuhi, terpuaskan. Saat mereka telah melewati tahap penasaran ini akhirnya mereka memiliki sesuatu untuk didiskusikan dan akhirnya mereka membicarakan.
Salah siapa jika mereka dibicarakan ? Kita ? Mereka ? Bukan, itu salah Tuhan. Ada yang berani menyalahkan Tuhan ? Tidak ada ? Bagus, jadi tidak ada yang saling salah menyalahkan.


Jika ada yang masih ingat dahulu bagaimana saat kita tidak memiliki media penyaluran emosi ini, gue beranggapan saat itu lebih menyenangkan. Kita tidak begitu pedulinya dengan urusan orang, teknologi kita tidak mendukung untuk melakukan hal itu (mencampuri urusan orang) dan orang tidak begitu bermasalah saat ingin menyalurkan emosinya (paling jauh ke teman sendiri atau buku diary). Terlalu banyak masalah yang ditimbulkan, terlalu banyak pikiran saat melakukan tindakan, setiap langkah harus ditimbang ulang. Seperti bebas dalam penjara, merasa bebas padahal sebenarnya para sipir mengawasi, para tahanan lain siap menghabisi, akhirnya kita sendiri terdiam kembali di dalam sel. aaah, mungkin penggunaan teknologi ini yang masih labil bukan manusianya yang labil. Seperti yang gue bilang tadi proses labil ini nantinya akan dewasa tetapi kalau ditanya kapan gue juga penasaran, bertanya kepada siapa ya ? Tuhan ? Seingat gue akun twitternya belum aktif kan ?