2.1.11

Halo, Selamat Pagi

Sebelum punya blackberry gue sama seperti kalian. Gue ngga aktif di dunia jejaring sosial. Gue kurang "mendengar" atau "melihat" apa yang sedang terjadi di tengah pergaulan teman - teman gue. Bisa juga dikatakan gue budek dan rabun akan gosip yang ada di lingkungan kecil gue. Gue bukan memilih untuk melakukan hal itu, itu reaksi yang sewajarnya dibatasi tingkat frekuensi kegiatan gue di dunia jejaring sosial. Tetapi sejak gue mendapat "jatah" dari orang tua gue (jika tidak dikatakan paksaan) untuk menggantikan HP gue dengan blackberry, karena HP yang terdahulu sudah ketinggalan jaman baik dari fungsi dan fesyen maka dengan senang hati pun gue menerima niat baik orang tua gue. Semua berjalan senang, matahari cerah, angin sejuk, perut kenyang dan tulisan mulai ngalor ngidul. Oke, cukup intermezzonya mari kembali ke topik awal, yang belum gue ketahui adalah status blackberry itu sering digunakan sebagai dinding atau buku yang dengan bebasnya bisa kita corat - coret untuk mewakili perasaan kita kemudian dibantu dengan "media" recent updates dan seluruh dunia (kecil kita) pun mengetahui apa yang terjadi dengan diri kita, sebuah alat penyebar gosip yang efektif.


Labil, mereka yang "dewasa" menyebutnya. Sifat yang secara umum dirasa tidak seharusnya ditunjukkan oleh manusia dewasa. Salahkah ? Menurut gue, setiap orang apakah itu manusia seutuhnya atau manusia setengah dewa tentu akan mengalami masa labil ini. Tidak terkecuali. Lalu mengapa kita merasa begitu "putih" sehingga mengatakan yang labil ini "hitam" ?
Apakah salah jika seseorang dengan unsur kejiwaan yang manusiawi menuliskan emosinya di depan umum ? Ya, salah. Jika terjadi dengan tidak tersirat atau terang - terangan. Jika frekuensinya berlebihan. Jika mereka justru menarik perhatian dan membuat mereka merasa seperti "papan iklan". Tetapi tidak mutlak menjadi sebuah kekurangan. Manusia memerlukan sebuah penyaluran saat mereka sedang emosi. Itu hukum alam. Manusia yang manusiawi dan buka dewai itu ya begitu. Beruntunglah mereka yang masih bisa merasakan galau. Toh, seiring dengan berjalannya waktu golongan labil ini akan menjadi dewasa. Ya, bahwa labil itu merupakan larva dari semua yang dikatakan dewasa menurut gue itu benar.

Manusia itu egosentris, mereka tentu selalu mendahulukan kepentingan pribadi diatas segala - galanya. Jangan munafik. Sebetulnya kita tidak akan membicarakan jika kita tidak penasaran dan kita tidak penasaran jika kita tidak menengok dan kita tidak menengok jika mereka tidak memanggil. Bingung ? Contohnya begini, saat kita melihat recent updates di bbm atau update status di twitter dan facebook dari seseorang yang kita kenal kita akan bersikap acuh saat mereka hanya sekilas melakukan curhat disitu, disini mereka dalam tahap berbicara dengan diri sendiri--komunikasi intrapersonal istilah fikomnya--tetapi kemudian saat terjadi pengulangan dan dengan bentuk tulisan yang seperti beriklan tentu kita seperti terpanggil, kita mulai memperhatikan, kita menengok, ada apa dengan orang ini ? Begitu kan ? Lalu muncul rasa penasaran. Penasaran atau kepo ini mengakibatkan tindak lanjut, mereka yang terlanjur penasaran ini ingin rasa penasaran mereka terjawab, terpenuhi, terpuaskan. Saat mereka telah melewati tahap penasaran ini akhirnya mereka memiliki sesuatu untuk didiskusikan dan akhirnya mereka membicarakan.
Salah siapa jika mereka dibicarakan ? Kita ? Mereka ? Bukan, itu salah Tuhan. Ada yang berani menyalahkan Tuhan ? Tidak ada ? Bagus, jadi tidak ada yang saling salah menyalahkan.


Jika ada yang masih ingat dahulu bagaimana saat kita tidak memiliki media penyaluran emosi ini, gue beranggapan saat itu lebih menyenangkan. Kita tidak begitu pedulinya dengan urusan orang, teknologi kita tidak mendukung untuk melakukan hal itu (mencampuri urusan orang) dan orang tidak begitu bermasalah saat ingin menyalurkan emosinya (paling jauh ke teman sendiri atau buku diary). Terlalu banyak masalah yang ditimbulkan, terlalu banyak pikiran saat melakukan tindakan, setiap langkah harus ditimbang ulang. Seperti bebas dalam penjara, merasa bebas padahal sebenarnya para sipir mengawasi, para tahanan lain siap menghabisi, akhirnya kita sendiri terdiam kembali di dalam sel. aaah, mungkin penggunaan teknologi ini yang masih labil bukan manusianya yang labil. Seperti yang gue bilang tadi proses labil ini nantinya akan dewasa tetapi kalau ditanya kapan gue juga penasaran, bertanya kepada siapa ya ? Tuhan ? Seingat gue akun twitternya belum aktif kan ?

3 komentar:

  1. tulisannya bagus nih, membuka pikiran :)

    BalasHapus
  2. nih jempol dua tangan.. like this!

    tapi lebih enak kalo anoniim~
    hehe

    BalasHapus